Politik Narsistik: Fenomena Mengejar Kemegahan di Tengah Bangsa Indonesia
Politik narsistik merupakan fenomena yang semakin marak terjadi di tengah masyarakat Indonesia dewasa ini. Istilah politik narsistik sendiri mengacu pada perilaku politik yang didorong oleh keinginan untuk mencapai kemegahan dan keunggulan pribadi, tanpa memperhatikan kepentingan masyarakat secara keseluruhan.
Menurut pakar politik dari Universitas Indonesia, Prof. Dr. Andi Widjajanto, politik narsistik merupakan ancaman serius bagi demokrasi dan stabilitas negara. “Ketika para politisi lebih fokus pada pencitraan diri dan mencari popularitas semata, tanpa memikirkan kepentingan rakyat, maka negara akan terancam oleh keputusan-keputusan yang tidak rasional dan hanya menguntungkan segelintir orang,” ujarnya.
Dalam konteks politik Indonesia, fenomena politik narsistik bisa dilihat dari banyaknya politisi yang lebih memilih memamerkan kemewahan dan keberhasilan pribadi daripada fokus pada permasalahan nyata yang dihadapi oleh masyarakat. Mereka lebih suka mengejar popularitas dan kekuasaan untuk memenuhi kebutuhan ego mereka sendiri.
Salah satu contoh nyata dari politik narsistik adalah ketika seorang politisi menggunakan media sosial untuk membagikan foto-foto mewahnya, tanpa memberikan kontribusi nyata dalam penyelesaian masalah-masalah sosial yang ada. Hal ini jelas menunjukkan bahwa mereka lebih peduli pada citra diri mereka sendiri daripada kepentingan masyarakat.
Menurut survei yang dilakukan oleh Lembaga Penelitian Politik Indonesia (LPPI), mayoritas masyarakat Indonesia sudah mulai merasa muak dengan politik narsistik dan lebih memilih pemimpin yang benar-benar peduli pada kesejahteraan rakyat. “Masyarakat sudah cerdas dan tidak akan terpancing oleh politik narsistik. Mereka menginginkan pemimpin yang jujur, transparan, dan berkomitmen untuk membangun negeri ini,” ujar Direktur LPPI, Dr. Ahmad Suaedy.
Oleh karena itu, penting bagi kita sebagai masyarakat untuk lebih cerdas dalam memilih pemimpin dan tidak terjebak dalam perangkap politik narsistik. Kita harus memilih pemimpin yang memiliki integritas dan kemampuan untuk memimpin dengan baik, demi terwujudnya Indonesia yang lebih baik untuk semua. Semoga politik narsistik bisa segera diberantas demi kepentingan bersama.